You must have JavaScript enabled in order to use this theme. Please enable JavaScript and then reload this page in order to continue.
Loading...
Logo Desa Kalapacung
Desa Kalapacung

Kec. Bobotsari, Kab. Purbalingga, Provinsi Jawa Tengah

PEMERINTAH DESA KALAPACUNG, KECAMATAN BOBOTSARI KABUPATEN PURBALINGGA

Sejarah Desa Kalapacung

Administrator 02 Februari 2022 Dibaca 186 Kali
Sejarah Desa Kalapacung

Asal mula terjadinya desa Kalapacung berawal dari adanya dua desa pada kala itu yaitu desa Pakuncen dan desa Tangkisan. Desa Pakuncen dipimpin oleh seorang bernama Arsantaka sedangkan desa Tangkisan dipimpin oleh Yudantaka. Kedua pemimpin tersebut adalah kakak beradik. Kakaknya memimpin di Pakuncen sedangkan adiknya memimpin di Tangkisan. Kehidupan kedua kakak beradik tersebut bertolak belakang, Adipati Arsantaka merupakan pemimpin yang kaya dan serba kecukupan sehingga kemanapun pergi selalu naik kendaraan berupa kuda, sedangkan Adipati Yudantaka hidup dalam kesederhanaan tidak memikirkan kekayaan tetapi memiliki ilmu yang cukup.

Adipati Arsantaka tidak memiliki keturunan sedangkan Adipaati Yudantaka mempunyai anak perempuan yang bernama Rentansari. Rentansari memiliki paras yang cantik nan menawan. Setiap hari Rentansari dididik, dibimbing dan diarahkan ke jalan kebajikan oleh kedua oang tuanya, sehingga dalam kehidupannya selalu sederhana dan bersahaja, patuh dan taat. Dengan perilaku tersebut banyak pemuda yang ingin berkenalan bahkan tidak sedikit yang bermaksud menjadikannya istri.

Keluarga Adipati Tangkisan selalu hidup tenang dan damai. Pada suatu hari setelah semua pekerjaan selesai dikerjakan, Adipati Yudantaka duduk-duduk di serambi rumahnya bersama istri dan anaknya Rentansari. Pada kesempatan itu Adipati Yudantaka mengutarakan isi hatinya kepada istri dan anaknya, bahwa ia telah menerima lamaran dari salah seorang pemuda desa itu.

“Anakku yang manis, beberapa hari yang lalu bapak telah menerima lamaran dari salah seorang pemuda desa, apakah kamu telah siap ber-rumah tangga?”, Adipati Yudantaka mengawali pembicaraan.

Ibunya melanjutkan apa yang disampaikan suaminya. “ Iya nduk, dipikir sebaik-baiknya supaya kelak dapat hidup bahagia tanpa ada rintangan” sejenak suasana menjadi hening, setelah agak lama Rentansari menjawab dengan tenang dan santun tanpa ada keraguan sedikitpun. “Bapak Ibu yang saya hormati, saya akan menuruti segala permintaan bapak/ibu, tetapi .....” bicaranya tertahan. Lalu bapak menyahut “Tetapi ... apa nduk?”.

Rentansaripun melanjutkan bicaranya “Saya mempunyai permintaan yang merupakan angan-angan dari kecil, nanti pada waktu pelaksanaan pernikahan supaya diadakan pertunjukkan  berupa Tayuban”. Mendengar permintaan dari anaknya tersebut Adipati Yudantaka pun berkata ” Nduk cah manis, pertunjukkan Tayuban itu membutuhkan tempat yang luas, lalu dimana tempatnya?” Rentansaripun menjawab dengan nada yang halus “Kalau Bapak tidak bersedia, maka saya memohon dengan kerendahan hati agar Bapak membatalkan saja lamaran dari pemuda itu”. Suasanapun bertambah hening, lalu Adipati Yudantaka pun menyanggupi permintaan dari anakknya yang ia sayangi untuk mengadakan pertunjukkan Tayuban pada saat pelaksanaan pernikahan. Mendengar jawaban dari Bapaknya, Rentansari menyampaikan rasa terima kasih sambil bersujud dihadapan Bapak ibunya.

Hari pelaksanaan pernikahan Rentansari semakin dekat, sudah barang tentu kedua orang tua Rentansari mulai sibuk mempersiapkan segala sesuatunya. Pada suatu kesempatan Adipati Yudantaka menanyakan kepada istrinya, “ Bu, pelaksanaan pernikahan anak kita sudah dekat, apakah kita perlu memberitahu dan mengundang Kakak Adipati Arsantaka di Pakuncen?” Istrinya menjawab pertanyaan suaminya dengan lemah lembut penuh kasih sayang. “ Iya pak, lebih baik kita sebagai orang yang lebih muda memberitahukan dan mengundang langsung Kanda Arsantaka, syukur dia bisa membantu segala keperluan baik moril maupun material” Adipati Yudantakapun menerima usul dari istrinya dan berkata ”Kalau begitu besok pagi-pagi sekali saya berangkat ke Pakuncen, kamu tidak perlu berpikir yang berlebihan, kita mohon saja kepada Tuhan Yang Maha Esa semoga Tuhan selalu melindungi dan memberikan jalan yang terbaik bagi kita”

Pada pagi harinya Adipati Yudantakapun berangkat ke Pakuncen dengan berjalan kaki. Sesampainya di wilayah Pakuncen sudah siang Adipati Yudantaka bingung dimana rumah kakaknya Adipati Arsantaka karena sudah lama tidak berkunjung ke rumah kakaknya. Adipati Tangkisan tersebutpun bertanya pada seseorang yang dijumpai di tengah perjalanan. “Maaf Kisanak, apakah Kisanak bisa menunjukkan rumah kakak saya Adipati Arsantaka?” orang itu Menjawab dengan sopan dan ramah “Bisa pak, Rumah Adipati Arsantaka itu lo yang bagus dan besar disebelah rumah ada kandang Kuda kalau mau masuk jangan lewat depan tetapi lewat samping rumah. Sesampainya di rumah Adipati Arsantaka seperti apa yang ditunjukkan orang tadi, dengan perlahan Adipati Yudantaka mengetuk pintu dan mengucap salam. Dari balik pintu Adipati Arsantaka menyahut sambil membukakan pintu dan mempersilahkan adiknya untuk masuk dan duduk. Stelah beberapa saat Adipati Arsantaka berkata “Adikku Yudantaka, ada keperluan apa sehingga datang berkunjung ke rumah kakakmu ini, lalu kapan berangkat dan naik apa dari Tangkisan?”. Mendengar pertanyaan tersebut Adipati Yudantakapun mulai menjelaskan apa yang ditanyakan oleh Kakaknya. “ Begini Kak, saya berangkat dari Tangkisan sebelum matahari terbit dengan berjalan kaki. Maksud kedatangan saya kesini yang pertama silahturakhmi, yang kedua saya bermaksud memberitahu dan sekaligus mengundang kakak nanti pada hari pernikahan anak saya Rentansari”. Mendengar ucapan adiknya Adipati Arsantaka dengan keangkuhannya berkata “Jauh-jauh datang kesini hanya akan minta bantuan? Ya nanti kalau ada, kalau tidak ada ya maaf saja kakak tidak bisa membantu”

Adipati Yudantaka mendengar ucapan kakaknya tersebut segera menyahut ”Kakakku mohon maaf, saya datang kesini bukan semata-mata untuk meminta belas kasihan dari kakak, tidak dibantupun saya tidak apa-apa, yang lebih penting adalah saya ingin memberitahu dan mohon doa restu dari kakak, apalagi pada hari pernikahan Rentansari nanti, saya akan mengadakan pentas hiburan berupa Kesenian Tayub, bukankah Kakak senang dengan pertunjukan Tayub?” Adipati Arsantakapun mengomentari penjelasan dari adiknya “Adikku, mengadakan pertunjukan Tayub membutuhkan tempat yang luas, rumahnya bagus dan rapi apakah adik sudah memikirkan itu?  Katanya rumahmu kecil, atapnya dari ilalang apa nanti tidak memalukan? Lain kalau rumah kakakmu ini, besar, luas dan rapi” mendengar ucapan dari kakaknya itu Adipati Yudantakan terdiam dan tertunduk malu. Setelah dirasa cukup dan waktupun telah sore, maka Adipati Yudantakapun berpamitan kepada kakaknya.

Selama dalam perjalanan pulang Adipati Tangkisan selalu teringat kata-kata yang diucapkan oleh kakaknya tadi dan berdoa semoga Tuhan mengabulkan permohonannya agar dalam pelaksanaannya nanti dapat berjalan dengan lancar tanpa ada halangan apapun.

Pada hari yang telah ditentukan, Adipati Arsantaka berangkat ke Tangkisan untuk menghadiri pernikahan Rentansari. Adipati Yudantaka sudah tahu kakaknya telah berangkat, maka dengan ilmunya dan seijin Tuhan Yang Maha Esa, Rumah Kakaknya Adipati Arsantaka beserta isinya termasuk kandang kuda dalam sekejap mata telah diboyong ke Tangkisan. Melihat kejadian aneh tersebut masyarakat Tangkisan heran, karena kemarin rumahnya masih biasa tapi sekarang telah berubah menjadi rumah yang besar, bagus, rapi dan memiliki kandang kuda.

Sesampainya di rumah adiknya Adipati Arsantaka terbengong dan tidak yakin karena bentuk rumah mulai dari atap, pintu, dinding serta isinya milik adiknya sama dengan apa yang dimilikinya di Pakuncen.

Pada malam hari pertunjukkan Tayubpun dimulai, penonton penuh sesak, bahkan tidak sedikit penonton yang masuk panggung dan menari. Namun tidak dengan Adipati Pakuncen, dia terus berpikir bagaimana bisa kejadian ini terjadi yaitu rumah adiknya sama persis dengan rumahnya. Menjelang pagi Adipati Arsantakapun berpamitan kepada adiknya. Namun adiknya menahan agar kakaknya pulang nanti setelah pertunjukkan selesai, disamping itu hari masih gelap kudapun belum diberi makan. Dengan penjelasan dari sang adik Adipati Pakuncenpun luluh dan menunda kepulangannya ke Pakuncen. Hari sudah siang Adipati Arsantakapun berpamitan kembali dan kali ini diijinkan untuk pulang oleh Adiknya.

Setalah Adipati Pekuncen meninggalkan rumah adiknya dan sudah tidak kelihatan lagi, Adipati Yudantaka dengan segera memboyong rumah tersebut untuk dikembalikan seperti semula di Pakuncen. Sesampai di rumah Adipati Arsantaka terperanjat karena pintu besar rumahnya tidak ada. Dia tahu bahwa ini semua adalah perbuatan adiknya Adipati Yudantaka, maka ia memerintahkan kepada beberapa orang untuk datang ke Tangkisan menanyakan pintu rumahnya kepada Adipati Yudantaka. Ditengah perjalanan menuju ke Tangkisan, orang-orang suruhan Adipati Arsantaka menemukan sebuah pintu di tengah hutan. Lalu orang-orang itu mengangkatnya tapi tidak berhasil karena berat seperti batu besar. Karena tidak berhasil orang-orang tadi pulang ke Pakuncen tanpa membawa hasil dan melaporkannya kepada Adipati Arsantaka. “Beribu maaf Adipati Arsantaka, tadi ada pintu ditengah hutan, bentuknya sama dengan pintu rumah milik Adipati tapi tidak bisa diangkat” mendengar laporan dari orang suruhannya itu Adipati Arsantakapun memerintahkan untuk membawa alat seperti cangkul, linggis, dan lain-lainnya untuk kepentingan mengambil pintu. Sesampainya di tengah hutan dimana tempat itu ditunjukkan pintu itu tidak ada yang ada hanya batu yang menyerupai pintu. Orang-orang itu mencoba dan terus mencoba mengangkat batu itu, akan tetapi karena kerasnya batu itu semua alat menjadi rusak. Adipati Pakuncenpun berucap “Nanti kalau ada desa yang ketempatan batu ini, akan diberi nama desa KALAPACUNG” yang berasal dari kata “KALAH” dan kata “PACUL” Sebagai bukti sejarah sampai saat ini batu yang menyerupai pintu tersebut masih ada dan orang tersebut menyebutnya “WATU LAWANG” (Watu=Batu, Lawang=Pintu).

 

Berdasarkan kisah yang di ceritakan turun temurun oleh warga setempat. via https://unikkd.blogspot.com/



Beri Komentar
Komentar baru terbit setelah disetujui oleh admin
CAPTCHA Image